Rabu, 25 Maret 2015

Sejarah Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara (Bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦨꦚ꧀ꦗꦂꦤꦼꦒꦫ), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya namanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di Utara, Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di Barat.

Geografi

Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis, wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

Topografi

Topografi wilayah ini sebagian besar (65% lebih) berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut. Secara rinci pembagian wilayah berdasarkan topografi.
Sungai Serayu mengalir menuju ke Barat, serta anak-anak sungainya termasuk Kali Tulis, Kali Merawu, Kali Pekacangan, Kali Gintung dan Kali Sapi. Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sumber irigasi pertanian.
Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, serta suhu rata-rata 20°- 26 °C.

Pembagian administratif

Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas 266 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Banjarnegara, untuk Kecamatan Terluas adalah Kecamatan Punggelan yang juga memiliki penduduk terbanyak.
Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah: Mandiraja, Wanadadi, Karangkobar dan Klampok.

Pendidikan

Terdapat beberapa sekolah favorit dan sudah berstandar nasional antara lain :
di Banjarnegara juga terdapat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta antara lain:
Pendidikan formal TK atau RA SD atau MI SMP atau MTs SMA atau MA SMK Perguruan tinggi Lainnya
Negeri 3 657 95 10 4 0 0
Swasta 539 210 49 17 13 2 0
Total 542 867 144 27 17 2 0
Data sekolah di Kabupaten Banjarnegara
Sumber:[2]

Kesehatan

Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang memadai di antaranya:

Tempat Penginapan

Di Kabupaten Banjarnegara Terdapat banyak hotel yang menjadi pilihan, baik yang berbintang maupun yang belum, di antaranya :

Perbelanjaan

Modern
Pasar besar

Transportasi

Banjarnegara dilalui jalan provinsi yang menghubungkan antara Banyumas dengan Magelang dan Semarang. Klampok merupakan persimpangan jalur menuju Purbalingga dan Banyumas. Selain itu terdapat jalan provinsi yang menghubungkan Banjarnegara dengan Batang, melintasi Dataran Tinggi Dieng.
Angkutan bis antarkota yang melewati Banjarnegara antara lain adalah jurusan Solo-Bawen-Wonosobo-Purwokerto, Semarang-Bawen-Wonosobo-Purwokerto, Wonosobo-Banjarnegara-Bandung, Wonosobo-Banjarnegara-Banyumas serta Banjarnegara-Jakarta.
Alternatif lain adalah menggunakan jasa angkutan travel yang antara lain dilayani adalah:
  • Jakarta - Purwokerto - Banjarnegara - Wonosobo
  • Bandung - Purwokerto - Banjarnegara - Wonosobo
  • Purwokerto - Banjarnegara - Semarang
  • Purwokerto - Banjarnegara - Yogyakarta
  • Purwokerto - Banjarnegara - Semarang - Surabaya
Alternatif angkutan di dalam kota Banjarnegara adalah menggunakan angkutan kota (angkot), becak, dan dokar.

Sejarah

Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika dia harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Dia mendapat ganjaran pangkat "Adipati" dan tanda kehormatan "Bintang Mas" Tahun 1896 dia wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII. Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat "Adipati Aria" Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 dia berhenti, pensiun. Penggantinya putra dia Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, dia keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 zaman, yaitu zaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 - 1949). Ia mengalami sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir "Bapak Bupati". Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)
  • Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
  • Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
  • Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
  • Raden Sumitro, Tahun 1949 - 1959.
  • Raden Mas Soedjirno, Tahun 1960 - 1967.
  • Raden Soedibjo, Tahun 1967 - 1973.
  • Drs. Soewadji, Tahun 1973 - 1980.
  • Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 - 1986.
  • H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 - 1991.
  • Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 - 1996.
  • Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 - 2001.
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006
  • Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-2011
  • Sutedjo dan Wabup : Hadi Supeno tahun 2011-2016

Lambang

Tanggal 17 Agustus 1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRDGR), setelah disahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11 Agustus 1967.
Lambang Daerah tersebut dibuat oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan Sayembara Lambang Banjarnegara yang terdiri dari: R. Soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.

Arti lambang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah, Banjarnegara memiliki sesanti (semboyan) yang berbunyi Wani Memetri Rahayuning Praja. Maknanya; Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir batin bagi rakyat dan pemerintahannya.

Makanan khas Banjarnegara

Makanan khas Banjarnegara antara lain:
  • Dawet Ayu
  • Tempe Mendhoan
  • Combro Kering
  • Bakso (bukan merupakan asli Banjarnegara, melainkan dibawa oleh pendatang dari Wonogiri)
  • Apem Madukara
  • Jenang Salak Madukara
  • Buntil (di pasar tersedia banyak)
  • Jipang
  • Keripik kentang Batur
  • Keripik Mujahir dari Luwung

Obyek Wisata di Banjarnegara

Obyek wisata yang ada di Banjarnegara, antara lain:

Tokoh dari Banjarnegara

  • M. Ma'ruf, Mantan Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004 s/d 2007)' lantas digantikan oleh H. Mardiyanto
  • Ebiet G. Ade, Penyanyi lagu-lagu balada di era 70an hingga sekarang
  • Chris John, Petinju dengan nama lengkap Yohannes Christian John, atau lebih dikenal sebagai Chris John adalah seorang petinju Indonesia. Ia tercatat sebagai petinju Indonesia kelima yang berhasil meraih gelar juara dunia, setelah Ellyas Pical, Nico Thomas, Ajib Albarado dan Suwito Lagola
  • Herry Suhardiyanto, peneliti dan rektor Institut Pertanian Bogor

Poteni Banjarnegara

POTENSI PERTANIAN BANJARNEGARA
Penduduk Banjarnegara yang mencapai satu juga lebih, sebagian besar atau 623.000 jiwa tertarik untuk menekuni bidang pertanian. Dengan luas wilayah 106.971 hektar atau 3,10 persen dari luas propinsi Jawa tengah. Dengan lahan pertanian sawah seluas 14.663 hertar dan lahan pertanian bukan sawah yang terdiri dari tegalan 44.478 ha , perkebunan 3223 ha dan kolam seluas 519 Ha. Dengan potensi yang ada tersebut sangat relevan jika Banjarnegara sangat mengandalkan bidang pertanian sebagai potensi utama di Banjarnegara.
Untuk mewujudkan visi tersebut berbagai dilakukan dengan strategi peningkatan produktifitas melalui bidang pertanian seperti Penerapan Pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu, Perbaikan Budidaya disertai dengan pengawalan pendampingan dan koordinasi, Penerapan SOP Tanaman hortikultura, penggunaan komoditas alternatif (gandum untuk kentang dll), Pemberian Bantuan Benih, Saprodi dan bantuan lainnya untuk mendukung peningkatan produktifitas. Dukungan lain berupa pemberian bantuan keuangan melalui Bansos, PUAP, LM3, dan SDM.
Potensi pertanian di Kabupaten Banjarnegara didukung oleh ketersediaan lahan yang subur dan cocok untuk pengembangan berbagai jenis komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang menjadi unggulan meliputi padi, jagung, kedelai, kentang, salak, durian, manggis, ikan gurami, lele, patin, nila, sapi, kambing dan domba. Ketersediaan lahan yang ada saat ini juga relatif luas untuk pengembangan sektor pertanian.
Potensi pengembangan pertanian di Kabupaten Banjarnegara tersebar di beberapa lokasi / kecamatan. Bagian utara yang terdiri dari daerah pegunungan, relief bergelombang dan curam untuk pengembangan komoditas seperti kentang, jagung, kambing dan domba. Bagian tengah yang terdiri dari daerah datar untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai, salak, durian, manggis, perikanan dan ternak sapi. Bagian selatan yang terdiri dari daerah datar dan curam untuk pengembangan komoditas padi, kacang tanah, durian, manggis dan sapi.
Kepala Dintankannak Banjarnegara Ir. Dwiatmaji mengatakan sasaran dan skenario produksi pada tahun 2012 adalah kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memacu peningkatan produksi komoditi utama tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai disamping komoditi pangan lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Dengan mempertimbangkan pencapaian sasaran yang telah di capai tahun 2011 dan beberapa permasalahan dan tantangan yang masih di hadapi tahun 2012 di Banjarnegara maka sasaran produksi tanaman pangan tahun 2012 adalah berupa padi sawah sebesar 146.167 ton, padi Gaga 10.642 ton, Jagung 117.596 ton serta kedelai sebesar 570 ton.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka Dintankanak Banjarnegara telah menyusun skenario pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2012 melalui komoditas padi SLPTT Padi Non Hibrida seluas 7.000 ha, SLPTT Padi Hibrida seluas 1.150 Ha, SLPTT Padi Gogo 2011 (panen2012) 2012 seluas 1.500 ha, SLPTT Padi Gogo 2012 dengan masa panen tahun 2013 seluas 2.500 ha serta BLBU APBD Provinsi Padi yang mengusulkan 400 Ha.
Sementara Komoditas Jagung menyediakan lahan SLPTT Jagung Hibrida seluas 1.500 Ha, BLBU Non SLPTT Jagung Hibrida APBD-P 2011 seluas 2.000 Ha, BLBU lain tahun 2012 mengusulkan lahan seluas 2.500 Ha. Sedangkan untuk Komoditas kedelai SLPTT Kedelai mengusulkan lahan seluas 800 Ha.
Untuk mencapai produksi tersebut juga akan diberikan bantuan benih SLPTT dan bantuan langsung benih unggul (BLBU) berupa Padi Non Hibrida sebanyak 25 Kg per Hektar, Padi Hibrida sebanyak 15 Kg / Ha, Padi Gogo sebanyak 25 / Ha, Jagung Hibrida sebanyak 15 Kg / Ha serta Bantuan Kedelai 40 Kg / ha.
Dilihat dari sampai luas tanam yang telah dilaksanakan pencapaian sasaran masih bisa terlaksana khususnya unutk komoditas padi dan jagung. Hal ini diperoleh dari adanya pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan terpadu untuk meningkatkan produktifitas. Selain itu terjaminnya air melalui perbaikan jaringan irigasi baik mitu JITUT maupun Jides juga ikut menjamin tercapainya sasaran yang ada. Dari segi sarana dan prasarana permasalahan seperti berkurangnya tenaga kerja baik itu dalam pengelolaan tanah maupun panen dapat terminimalisir dengan adanya bantuan berupa alat mesin pertanaian baik berupa traktor, Pompa air, Treaser dan Power spayer.
“Serangan hama juga dapat ditanggulangai dengan adanya petugas pengamat organisme pengganggu tanaman dan bantuan obat-obatan untuk OPT tersebut,” kata Dwiatmaji.
Pupuk juga menjadi salah satu elemen penting. Untuk itu ketersediaan pupuk baik pupuk bersubsidi maupun non subsidi sangat penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya pertanian. Pengembangan kelembagaan petani dan peningkatan pengetahuan teknik budidaya melalui SL PTT dan penyuluhan dari penyuluh pertanian lapangan ikut mendukung tercapainya sasaran yang ada.
Keseluruhan hal tersebut saling bersinergi mendukung upaya pengembangan bidang pertanian khususnya tanaman pangan sehingga sasaran produksi tahun 2012 bisa tercapai.
Salak dari Desa Gunung Giana saat ini juga sudah merambah ke super market. Hypermart salah satu super market ternama di Indonesia juga telah menjadi partner dalam pemasaran salak lokal Banjarnegara yaitu salak pondoh Gunung Giana.
Salak pondoh Gunung Giana dinilai mempunyai standart operating procedure (SOP) dalam penanaman dan penanganan.
Menurut managemen Hypremart selain berasal dari bibit berkualitas juga mendapat perlakuan yang baik selama masa penanaman, masa panen, packing hingga siap dipasarkan.
Sementara Durian varietas lokal simimang mempunyai kualitas baik bahkan sudah teregristasi sebagai salah satu varietas asli dari Banjarnegara, meski tidak terlalu besar bentuknya namun durian Simimang mempunyai rasa manis, dengan daging buah tebal, biji kecil atau kempos namun kadar alkoholnya rendah. Selain Durian, Manggis juga merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Meski pemasarannya baru untuk memenuhi kebutuhan lokal namun sebenarnya produktivitas dari buah-buahan lokal ini cukup baik. Dengan berbagai jenis hortikultura yang ada maka investasi pada sub sektor ini sangat menjanjikan.
Bidang Perikanan
Kabupaten Banjarnegara memiliki peluang investasi yang cukup besar pada bidang perikanan, apalagi setelah dicanangkannya daerah minapolitan Rajapurbawa yang meliputi Kecamatan Rakit, Mandiraja, Purwanegara, Bawang dan Wanadadi. Komoditas perikanan yang diunggulkan di Kabupaten Banjarnegara meliputi Ikan Gurami, Lele, Patin dan Nila. Hanya saja Gurami dan Nila kini menjadi komoditas utama dan ikon Banjarnegara di bidang perikanan. Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar seperti sumber daya lahan seluas 1.200 Ha dan sumberdaya air yang melimpah.
Sektor perikanan di Banjarnegara baru termanfaatkan 25%. Luas lahan potensial untuk perikanan air tawar yang perairannya lancar sekitar 1.200 Ha, namun yang dimanfaatkan baru 25% saja. Untuk budi daya Gurami, Mas, Lele dan Patin sekitar 300 Ha, sedangkan untuk ikan tawes, mujahir, nila, nagri dan lain-lain baru 75 Ha. Jaring karamba apung baru dimanfaatkan 23 Ha, sedangkan luas yang diijinkan untuk usaha KJA sebesar 43,5 Ha. Areal perkolaman 366,21 Ha, dan Mina padi seluas 58,8 Ha.
Sumber daya air sangat berlimpah baik dari mata air maupun perairan umum seperti sungai Serayu, Sungai Merawu, Sungai Kalisapi, Sungai Pekacangan dan Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman yang lebih dikenal dengan nama waduk mrica seluas 1.250 Ha dan telaga di beberapa wilayah yaitu telaga Merdada, Balai Kambang, Sewiwi dengan luas total 114,4 Ha.
Lahan perikanan yang cukup luas lagi adalah penangkapan ikan di perairan umum, yaitu genangan waduk PB. Sudirman, sepanjang Sungai Serayu dan anak-anak sungainya yang sulit dihitung.
Melihat potensi sumber daya alam, lingkungan, sosial masyarakat dan aparat pemerintah yang sangat mendukung perkembangan perikanan maka Banjarnegara memberikan peluang terbaik kepada investor yang akan menanamkan modalnya pada bidang perikanan.
Kepala Dintankanak Dwiatmaji melalui Kepala Bidang Perikanan, Totok Setya Winarna mengatakan, Memelihara ikan telah menjadi bagian hidup penduduk Banjarnegara. Bahkan sawah dan ladang banyak yang disulap menjadi kolam budidaya ikan air tawar. Petani banyak yang beralih profesi menjadi pembudi daya ikan.
“Budidaya ikan di Banjarnegara jenisnya cukup banyak (11 komoditas) yaitu Gurami, Nila, Lele, Patin, Tawes, Bawal, Mas, Nilem, Tambakan, Sepat Siam, Nagri dan ikan hias. Potensi inilah yang terus dikembangkan karena mampu meningkatkan taraf hidup pembudidaya,” katanya.
Restocking penyebaran ikan di tempat umum seperti sungai, danau dan waduk dengan harapan masyarakat bisa mendapatkan ikan dengan cara mudah dan murah tanpa harus membeli, jika masyarakat bisa menikmati ikan sudah pasti secara gizi keluarga juga terpenuhi.
Dengan semakin menyempitnya lahan maka harus disiasati dengan cara intensifikasi, ekstnsifikasi (perluasan kolam) serta desersifikasi antara lain dengan cara mendalamkan kolam dan dengan cara mina padi.
Selain itu untuk meningkatkan gemar makan ikan juga diperlukan inovasi pembuatan makanan olahan dari ikan seperti dengan membuat bakso ikan, abon dan keripik ikan. Sehingga masyarakat tidak hanya melihat ikan makanan biasa. Selain itu, dengan inovasi membuat makanan olahan dari ikan juga akan menambah nilai ekonomi bagi petani, karena bagimanapun harga makanan olahan dari ikan juga bertambah.
Setiap anak sangat membutuhkan supply makanan terutama protein, dengan banyak mengonsumsinikan dengan sendirinya tingkat nilai gizi keluraga juga ikut meningkat. Seperti diketahui saat konsumsi makan ikan masyarakat Banjarnegara masih rendah yairu 9,67 kg per tahun, jika ditambah dengan konsumsi ikan laut maka mencapai 11,83 persen.
“Pada tahun 2012 ini program gemar makan ikan akan menargetkan angka 15 persen, selain restocking dengan inovasi makanan olahan dari ikan diharapkan program gemar ikan semakin meningkat,” kata Toto Kepala Bidang Perikanan.
Peluang Investasi Tanaman Pangan
dan Hortikultura
Jika melihat potensi yang dimiliki, maka Investasi sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara sangat prospektif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang ditunjukan oleh laju pertumbuhan Produk domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4,5%. Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan memberikan sumbangan sebesar 38,27%. Kabupaten Banjarnegara memberikan peluang terbaik kepada semua investor untuk menciptakan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.
Sektor pertanian dititikberatkan pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura. Sub sektor tanaman pangan meliputi komoditas unggulan padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Padi ditanam diseluruh Kecamatan di Banjarnegara baik padi sawah maupun padi gogo kecuali kecamatan Batur. Melihat kondisi yang ada komoditas padi menjadi andalan bagi penanaman investasi yang cukup cerah. Sedangkan jagung merupakan komoditas unggulan setelah padi, jagung merupakan makanan pokok bagi sebagian penduduk.
Selain sebagai komoditas makanan jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pakan ternak dan Bioetanol. Sentra produksi jagung di Kabupaten Banjarnegara meliputi: Kecamatan Pejawaran, Karangkobar, Pagentan, Purwanegara, Kalibening dan Karangkobar. Jagung selama ini belum banyak diperhatikan sebagai komoditi yang dibudidayakan secara komersial.
Memang telah ada budidaya jagung di beberapa wilayah Kabupaten Banjarnegara, namun sasaran komoditas itu hanya sebatas pemenuhan kebutuhan konsumsi. Sedangkan jagung pipilan kering selama ini masih belum dibudidayakan. Dengan demikian jagung menjadi komoditas yang memiliki prospek cerah.
Sementara kedelai merupakan komoditas bahan baku tahu dan tempe saat ini sudah menjadi makanan rakyat yang sangat populer. Meski begitu saat ini kedelai masih diimpor dari luar negeri karena produksi yang ada belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar. Sedangkan kacang tanah dan kacang hijau tumbuh subur di tanah yang bertekstur gembur di Kabupaten Banjarnegara kedelai, kacang tanah dan kacang hijau yang di budidayakan secara komersial masih sangat terbatas, maka komoditas kedelai, kacang tanah dan kacang hijau memiliki prospek yang cerah.
Potensi pertanian lainnya yaitu ubi kayu dan ubi jalar juga merupakan bahan pangan rakyat yang bisa tumbuh di berbagai media tanah kering. Tanamam ini relatif mudah dibudidayakan tanpa perawatan khusus. Hasil potensi ubi kayu dan ubi jalar belum diolah menjadi bahan industri sehingga peluang investasi pada komoditas ini sangat prospektif.
Pada Sub sektor hortikultura meliputi komoditas unggulan Kentang, Salak, Durian dan Manggis. Kentang merupakan komoditas unggul yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di Kabupaten Banjarnegara, kentang selain digunakan sebagai sayur, varietas tertentu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku keripik. Dengan telah dibangunnya tempat penagkaran di Batur, diharapkan kekurangan bibit bisa di supply dari potensi lokal. Meski belum bisa tertangani semua kesulitan bibit unggul dari potensi lokal namun adanya penangkaran kentang setidaknya menjadi upaya kemandirian pertanian kentang dari ketergantungan bibit dari luar daerah.
Salak yang merupakan potensi lain disektor hortikultura juga merupakan salah satu komoditas unggulan di Banjarnegara. Salak mempunyai segmen pemasaran ke berbagai kota-kota besar di wilayah Pulau Jawa bahkan sudah ada yang di ekspor.
Potensi perikanan di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara berupa produksi konsumsi mencapai 3.956.7 ton, dengan nilai sekitar Rp. 55.702.100.000,00 sementara benih ikan sebesar 271.900.000 ekor dengan nilai Rp. 54.523.750.000,00. Jumlah pembudidaya ikan sebanyak 18.459 RTP, pedagang ikan 650 RTP, yang tergabung dalam 123 Kelompok Pembudidaya Ikan.
Jika melihat statistik yang ada sentra perikanan di Kabupaten Banjarnegara sangat potensial untuk dikembangkan ke arah yang lebih besar lagi. Selain masih luasnya lahan budidaya, juga tersedianya air yang cukup, agroklimat, pasar ikan yang terbesar di Provinsi Jawa Tengah, serta banyaknya permintaan yang belum tercukupi.
Data pada akhir tahun 2009 yang mencakup di 12 kecamatan (dari 20 kecamatan) di Kabupaten Banjarnegara ada 51 desa yang usaha perikanan budidaya cukup berkembang dan maju. Seiring meluasnya berkembangan perikanan di Banjarnegara, jumlah desa yang melakukan budidaya perikanan juga makin bertambah. Saat ini tercatat data kelompok Pembudidaya ikan di kawasan Minapolitan sebanyak 61 pembudidaya ikan di kecamatan Rakit sedangkan di Kecamatan Purwanegara terdapat terdapat 107 kelompok pembudidaya ikan
Rencana pembangunan jangka panjang Bidang Perikanan Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara bertujuan mengoptimalkan potensi sumber daya perikanan. Indikator keberhasilan program kegiatan tersebut di atas adalah peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 300% (25% per tahun), peningkatan produksi pengolahan ikan sebesar 5 - 10% per tahun, peningkatan konsumsi ikan per kapita sebesar 5 - 7% per tahun dan penambahan lapangan kerja 8 - 10 % per tahun.
Usaha perikananan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, baik volume maupun kualitasnya. Kabupaten Banjarnegara memperoleh pasokan air dari Sungai Serayu dan anak-anak sungainya serta dari Waduk PB. Sudirman melalui jaringan irigasi. Di samping dari irigasi, banyak pembudidaya ikan memanfaatkan sumber air dari mata air, terutama untuk kegiatan pembenihan.
Sedangkan untuk bak-bak permanen maupun non permanen yang ukurannya relatif sempit banyak memanfaatkan air sumur. Jenis usaha yang banyak diusahakan adalah pembenihan, pendederan dan pembesaran. Hampir seluruh jenis ikan air tawar dibudidayakan oleh para pembudidaya ikan di Kabupaten Banjarnegara, dari jenis lokal hingga introduksi, dari jenis ikan untuk kebutuhan konsumsi hingga ikan hias.
Namun dalam pengembangan budidaya muncul berbagai permasalahan teknis seperti penurunan mutu induk dan benih, serangan hama penyakit serta ketersediaan pakan ikan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut berbagai solusi dilakukan seperti menyiapkan induk-induk ikan unggul guna menghasilkan benih tebar yang bermutu. Penyiapan induk unggul berdasarkan pilihan jenis ikan yang berorientasi pada nilai ekonomis, seperti gurami, nila, patin dan lele. Desa Luwung dan Tanjunganom menjadi Sentra Benih, sedangkan Desa Mertasari Sentra Pengembangan Minapadi. Sementara Desa Gurami dipusatkan di Desa Blambangan .
Sumber induk unggul diharapkan dari Balai Benih Ikan Lokal (BBIL). Sehingga di masa mendatang di Kabupaten Banjarnegara terdapat 4 (empat) BBIL. Komoditas yang memasok kebutuhan induk untuk Unit-unit Pembenihan Rakyat (UPR). Saat ini Kabupaten Banjarnegara baru mempunyai 1 (satu) BBIL yang memproduksi berbagai komoditas sehingga kurang optimal.
Guna menanggulangi serangan hama dan penyakit ikan diperlukan pengembangan teknologi, seperti Indoor Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT), pentahapan budidaya dan penanganan kesehatan lingkungan budidaya. Agar penanggulangan hama dan penyakit ikan dapat dilakasanakan dengan cepat dan tepat maka perlu adanya laboratorium mini yang bersifat statis maupun dinamis.
Ketersediaan pakan yang bermutu, murah, dan mudah didapat merupakan impian para pembudidaya ikan. Pakan pabrikan relatif mahal. Perlu terobosan pemanfaatan teknologi tepat guna
pembuatan pakan menggunakan bahan baku lokal yang murah, mudah, namun tetap bermutu. Peningkatan produksi ikan melalui ekstensifikasi, intensifikasi lahan potensial agar lebih optimal dengan menerapkan paket-paket teknologi budidaya ikan.
Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha perikanan juga mulai diarahkan pada kegiatan pendukung produksi dan pasca produksi seperti Industri pakan ikan skala rumah tangga serta memfasilitasi pengembangan industri pakan ikan skala rumah tangga. Saat ini baru ada beberapa industri pakan ikan skala rumah tangga. Industri pengolahan ikan skala rumah tangga Orientasi kegiatan adalah memberi nilai tambahan dari hasil produksi perikanan baik budidaya maupun penangkapan.
Produknya berupa keripik ikan, baso ikan dan nugget ikan. Industri wisata perikanan orientasi kegiatan mengakomodasi penyaluran hobi para pemancing dengan memfasilitasi usaha kolam-kolam pemancingan. Industri kuliner perikanan orientasi kegiatan membudayakan gemar makan ikan. Pendekatan pada rumah-rumah makan yang ada di Kabupaten Banjarnegara.
Penangkapan
Di samping membudidayakan ikan, masyarakat Kabupaten Banjarnegara juga banyak yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan umum. Strategi lainnya adalah penebaran benih di perairan umum (restocking). Di Kabupaten Banjarnegara terdapat perairan umum berupa Sungai Serayu dan anak-anak sungainya serta Waduk PB. Sudirman yang memiliki potensi perikanan tangkap. Aliran sungai seluas 501,85 Ha dan Waduk PB. Sudirman seluas 1.250 Ha mampu menghasilkan produk perikanan tangkap sebanyak 176,67 ton.
Pemasaran
Sebagian besar hasil produksi perikanan dari Kabupaten Banjarnegara dipasarkan di pasar lokal. Pasar ikan di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 8 buah, yang tersebar di sentra-sentra produksi perikanan. Pasar ikan Purwonegoro merupakan pasar ikan yang terbesar di Kabupaten Banjarnegara. Hampir 70 % produksi benih dipasarkan di tempat ini, dengan jumlah pedagang rata-rata 150 orang di setiap hari pasaran (Rabu, Minggu). Jumlah ini akan meningkat drastis mencapai 300 - 400 orang pada saat-saat tertentu, seperti saat menjelang Lebaran, Natal, serta pada bulan-bulan Desember dan Januari (pasca pengeringan irigasi, kebutuhan benih meningkat).
Selain mencukupi kebutuhan pasar lokal, hasil produksi perikanan Kabupaten Banjarnegara juga didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pasar regional seperti kabupaten-kabupaten di Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta dan juga Jakarta.
Persiapan Menuju Kawasan Minapolitan
Salah satu program pembangunan perikanan di Kabupaten Banjarnegara adalah Minapolitan. Kawasan yang tercakup dalam kegiatan ini sebanyak lima Kecamatan yang disebut Raja Purbawa (Rakit, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang dan Wanadadi). Kegiatan Minapolitan diharapkan untuk mengeksplorasi usaha perikanan dari hulu sampai hilir yang meliputi sarana dan prasarana produksi dan pasca produksi.
Blambangan merupakan salah satu desa yang penduduknya banyak berkecimpung di bidang perikanan, khususnya pembesaran gurami. Luas kolam pembesaran gurami 17 Ha dengan produksi 106.250 kg gurami per tahun dan nilai produksi Rp. 2.655.125.000
Hasil produksi dari Desa Blambangan didistribusikan selain untuk kebutuhan lokal juga kebutuhan regional seperti Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Bandung dan lain sebagainya. Rata-rata untuk setiap minggu 8 - 10 ton ikan gurami.
Salah satu pendukung keberhasilan usaha perikanan di Desa Blambangan adalah kemampuan SDM. Sebagian pembudidaya ikan bergabung dalam kelompok perikanan Sari Widodo dengan jumlah anggota 22 orang.
Salah satu optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan petani/pembudidaya ikan adalah dengan merekayasa lahan dengan teknologi tepat guna, yaitu dengan menerapkan teknologi Mina Padi.
Desa Mertasari Kecamatan Purwonegoro merupakan salah satu kawasan pengembangan sistem usaha minapadi di Banjarnegara dengan lahan seluas 49 Ha. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila dan ikan mas, dengan produksi 5.684.000 ekor dan nilai produksi sebesar Rp. 360.640.000,-
Minapolitan adalah konsep pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan dan memiliki prinsip dasar seperti terintegrasi, efisiensi, berkualitas serta percepatan kawasan minapolitan.
Sedangkan Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi, yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan dan pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan kegiatan pendukung lainnya.
Banjarnegara memiliki potensi dan syarat sebagai kawasan minapolitan diantaranya Komitmen Daerah memberi kontribusi pembiayaan, personil dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan. Serta memiliki komoditas unggulan dengan nilai ekonomi tinggi. Letak geografis yang strategis dan memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan.
Dukungan personil yang terdiri dari Staf Bidang Perikanan sebanyak 12 personel , lulusan S1 Perikanan 8 orang, D3 Perikanan 2 orang, SLTA 2 orang , Staf BBI sebanyak 7 personel , Penyuluh Perikanan sebanyak 7 personel , Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) Pendamping PUMP dan KUR serta Tim Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) .
Persyaratan lainnya adalah Kesesuaian dengan Renstra, RTRW dan RPIJM yang telah ditetapkan, terdapat unit produksi, pengolahan, pemasaran dan usaha terkait sebagai pendukung. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana produksi, pengolahan, pemasaran, kelembagaan usaha, serta fasilitas penyuluhan dan pelatihan.
Kondisi lingkungan yang layak yang diukur berdasarkan daya dukung lingkungan, adanya kelembagaan yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan, ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan juga menjadi syarat utama kawasan minapolitan. Semua persyaratan tersebut dimiliki oleh Banjarnegara, sehingga Banjarnegara siap menjadi kawasan minapolitan.
Kenyataan bahwa nilai tawar para pembudi daya ikan masih sangat rendah. Untuk itu diperlukan pelembagaan pembudi daya ikan yang kuat disertai pendampingan dari para penyuluh perikanan yang profesional. Pemberdayaan kelompok pembudi daya ikan terus-menerus diupayakan, namun yang memprihatinkan adalah belum adanya penyuluh yang khusus menangani bidang perikanan.
Bidang Peternakan
Di bidang peternakan dalam rangka pengembangan ternak di Banjarnegara akan dilakukan dengan strategi diantaranya gerakan sejuta straw, program Swasembada daging sapi dan kerbau, village breeding center, serta pemberian bantuan keuangan untuk pengembangan kelompok melalui (ternak, obat-obatan) SDM,PUAP,LM3.
Untuk mewujudkan hal tersebut saat ini masih terkendala dengan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi bukan untuk pertanian, serta dampak perubahan iklim seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, serangan organisme penggangu tanaman (OPT).
Kompetisi air irigasi dengan kebutuhan rumah tangga dan industri juga menjadi salah satu kendala, belum lagi kualitas SDM pertanian yang rendah (petani, Petugas), kurangnya ketersedian sarana dan prasarana pertanian dari hulu on farm dan hilir, serta persaingan pada era pasar global.
Kondisi Wilayah
Agroklimat Kabupaten Banjarnegara yang memiliki kelembaban dan suhu tipikal daerah tropis merupakan tempat yang baik untuk tempat hidup ternak. Jenis komoditas ternak yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Banjarnegara adalah ternak sapi, kambing dan domba. Sampai sekarang ternak sapi dan kambing masih diusahakan secara tradisional oleh penduduk sebagai mata pencaharian sampingan atau dijadikan tabungan. Belum ada investor yang menanamkan modalnya untuk membudidayakan ternak sapi dan kambing secara modern maka ternak sapi dan kambing merupakan komoditas yang memiliki peluang investasi menjanjikan.
Domba yang dibudidayakan di Kabupaten Banjarnegara adalah domba asli Kabupaten Banjarnegara dengan nama Domba Batur. Domba Batur ini memiliki beberapa kelebihan antara lain memiliki bobot badan maksimal (+ 100 - 120 Kg), bobot badan rata-rata (+ 60-90 Kg), bulu halus dan tebal sehingga cocok untuk dijadikan benang. Kandang yang digunakan juga mudah dan murah, karena tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas.
Hasil dari usaha peternakan domba batur antara lain penjualan ternaknya sebagai ternak potong, kotorannya untuk dimanfaatkan sebagai pupuk dan bulunya dimanfaatkan untuk benang sebagai bahan kerajinan tenun dan hiasan dinding maupun boneka sebagai souvenir. Saat ini Domba Batur belum dibudidayakan secara maksimal, padahal jika Domba Batur ini dibudidayakan secara komersil dan maksimal memiliki prospek investasi yang sangat cerah.
Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif
Tujuan Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif adalah untuk mempertahankan populasi sapi nasional yang ada melalui pencegahan pemotongan sapi betina produktif serta Penyelamatan Sapi Betina Produktif .
Penyediaan Bibit Sapi sendiri bertujuan untuk Meningkatkan ketersediaan bibit dalam rangka memenuhi kebutuhan bakalan sapi potong lokal untuk mencapai swasembada daging sapi secara berkelanjutan.
Tujuan pengaturan stock daging sapi di dalam negeri adalah untuk menstimulasi pengembangan usaha agribisnis sapi potong berbasis sumberdaya lokal dengan dukungan ternak dan produksi daging meningkat dan selanjutnya mewujudkan swasembada daging secara berkelanjutan. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging serta pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging. (anhar).
sumber : Dintankannak Kab. Banjarnegara